Di pertengahan tahun 2022, saya membeli buku berjudul You Do You, karya Fellexandro Ruby di Togamas. Setelah menimbang-nimbang beberapa pilihan buku dikarenakan budget yang terbatas, saya memilih buku ini karena beberapa hal:
- Waktu itu saya lagi sering nonton konten-kontennya di YouTube, jadi merasa ada kedekatan dengan penulis
- Buku ini murni berbahasa Indonesia, jadi feel-nya lebih dapet dan tentunya lebih relate, daripada buku terjemahan yang ditulis sama orang luar yang kadang terjemahannya tambah bikin kepala pusing
- Bingung mau beli buku apa lagi, jadi ketika di Togamas disambut dengan buku ini di bagian buku best seller, langsung penasaran buat beli (walaupun masih menimbang-nimbang)
You Do You, buku yang ditulis oleh Fellexandro Ruby pada tahun pertama pandemi Covid-19 ini pernah sangat populer di kalangan anak muda, bahkan sampai saat ini. Hal ini dikarenakan penulis yang juga merupakan seorang content creator di beberapa media seperti YouTube, Spoytify, hingga Instagram. Walaupun sekarang terkenal sebagai content creator, melalui buku perdananya ini, dia bercerita bahwa telah mencoba 9 bidang yang berbeda dalam kurun waktu belasan tahun ke belakang. Hal itulah yang membuat dia yakin untuk berbagi dengan pembaca mengenai kegelisahan-kegelisahan di awal umur 20-an.
Di awal bagian buku, penulis menegaskan bahwa buku ini boleh dibaca dari bab berapa pun. Sebagai pendukung agar tidak kehilangan konteks bahasan, pada setiap babnya, Koh Ruby, panggilan akrabnya, menuliskan catatan bagian buku lain yang dapat digunakan sebagai pengayaan. Hal ini sangat memudahkan pembaca dengan tipe membaca suka lompat-lompat sesuai kebutuhannya. And it's okay. Buku selesai dibaca bukan karena kita telah membaca semua halamannya, tetapi dapat menjawab pertanyaan dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Buku ini dibagi menjadi 5 bab besar, yaitu:
- Bertemu dengan Diri Sendiri
- Bertemu dengan Ikigai
- Designing Your Life
- Building Your New Net Worth
- Principles
Dari kelima bab tersebut, sebenarnya cukup banyak poin-poin baru yang saya dapat ambil dan terapkan dalam hidup. Berhubung tulisan ini semacam rangkuman setelah membaca, jadi tetap saya usahakan untuk menuliskannya kembali dengan padat dan jelas ditambah dengan sedikit interpretasi pribadi.
Bertemu dengan Diri Sendiri
Di bab pertama, Koh Ruby nggak jauh-jauh bakal membahas ini-itu, tetapi dia menekankan pada pemahaman diri sendiri. Soalnya, kalau belum beres sama diri sendiri, teknik dan metode sekeren apapun tidak akan berpengaruh besar pada hidup kita.
Salah satu bagian yang paling relate justru ada di bagian awal bab buku ini. Sebagai content creator, dia sering mendapatkan banyak pertanyaan terkait karir, keuangan, relationship, dan banyak hal lain. Sama seperti Koh Ruby yang tidak dapat menjawab semua pertanyaan dari followers, saya pun begitu. Apalagi, kalau pertanyaan tersebut terlalu to the point dan dikirim sama orang random. Kalau mau jawab pun, jawabannya akan terlihat general karena satu hal; semua jawaban itu tergantung konteks. Kalau bahasanya Koh Ruby, jawabannya adalah TERGANTUNG.
Ya, tergantung konteks kehidupan yang dialami. Satu jawaban tidak akan pernah cocok untuk semua orang. Dan saya sepakat dengan hal ini. Kenal sama diri sendiri akan memudahkan orang lain atau bahkan diri sendiri dalam menjawab pertanyaan rumit mengenai kehidupan.
Bab ini mencoba untuk merekonstruksi pemikiran-pemikiran kita terkait mengelola fokus, mengelola energi, berapa jam yang dibutuhkan untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Sebagai gambaran yang lebih spesifik tentang buku ini, berikut beberapa poin terkait interpretasi saya mengenai bab pertama ini.
- Setelah kuliah/belajar, sempatkan buat review dan repetisi pemahaman secara rutin agar pengetahuan tidak menguap
- Seringkali penghalang kita belajar bukanlah keterbatasan waktu atau intelegensi, tapi hambatan secara mental. Belum apa-apa sudah jiper duluan
- Kita tidak benar-benar butuh 10.000 jam untuk menguasai
- Cari chronotype-mu sendiri (ketahui kapan kamu bisa produktif, kapan kamu agak lola, loading lama)
Bertemu dengan Ikigai
Sebagai orang yang pernah membaca buku Ikigai dan membuat materi mengenai topik terkait di tahun 2021 melalui PPSMB UGM, bab ini menjadi favorit saya. Membahas passion dan lika-likunya. Dan sejauh ingatan saya, isi dalam bab ini tidak ada yang perlu saya bantah. Cukup mengamininya dan menerapkan hal-hal baik di dalamnya.
Salah satu bagian menarik dari bagian ini adalah penjelasan mengenai miskonsepsi diagram Ikigai. Di luaran sana, ketika membaca artikel populer, video di YouTube, atau buku yang mengutip Ikigai, mayoritas mereka akan menjelaskannya melalui diagram seperti berikut:
Padahal, diagram Venn di atas bukanlah diagram Ikigai, melainkan diadopsi dari diagram lain. Baca buku You Do You atau ketik kata kunci miskonsepsi diagram Ikigai di Google untuk membaca penjelasannya. Atau bisa langsung baca ulasan dari CXO Media di sini.
Bab ini menyadarkan kembali makna passion dalam hidup. Sering kali, kita mengandalkan passion untuk memenuhi kebutuhan (baca: cari uang). Padahal, passion nggak ujug-ujug bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Mengutip buku ini,
"Passion baru bisa kasih kita makan kalau sudah diproses, diasah, dan ditajamkan dengan waktu dan usaha sehingga menjadi skill yang berharga".
Kalau secara lancang menyebut itu sebagai passion, jangan cuman berhenti jadi bacotan doang. Buktikan kalau kita tuh bisa terbaik di bidang itu dan hidup beriringan dengannya. Jangan tanggung-tanggung.
Beberapa catatan lain dari bab ini yang bisa kita diskusikan di kolom komentar:
- Bikin behind the scene di setiap hal yang kita kerjakan agar calon konsumen merasa lebih dekat
- Jangan takut bikin karya iseng-iseng buat menarik kategori market baru
- Riset karir yang ingin kamu raih di masa depan, lalu ketahui dan pelajari skill yang diperlukan
Designing Your Life
Bab ini menyadarkan saya bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan pada masing-masing fase hidup. Sebagai orang yang menginjak umur 20-an awal, saya sadar bahwa di fase hidup ini, trial and error dalam mengerjakan sesuatu masih cukup dimaklumi. Di fase ini, kalau mau cobain ini itu. masih sangat terbuka kesempatannya. Berbeda dengan umur 30-an yang biasanya punya tanggung jawab lebih ke anak dan istri.
Jadi, kalau mau nyobain banyak hal dalam hidup, cobalah di fase umur 20-an. Tanggung jawab belum begitu banyak, energi masih sangat penuh.
Saya semakin menyadari bahwa fase hidup yang saya jalani adalah masa transisi. Dari hidup yang dibiayai orang tua, sampai mandiri di kaki sendiri. Makanya, proses di umur ini cukup berdarah-darah. Kita coba melepas apa yang sebelumnya kita ketergantungan sama orang lain.
Poin lain yang bisa kamu dapatkan di buku ini adalah:
- Menjadi pengusaha tidak selalu lebih kaya dari karyawan, tergantung jenis pekerjaannya
- "If you're brave enough to say goodbye, life will reward you with new hello".
- Jangan takut untuk memulai karir yang berbeda jika itu memang diperlukan
- Kemungkinan preferensi karir akan berubah karena kita berbeda dengan diri kita 5-10 tahun yang lalu
Ketika membicarakan kekayaan atau keberlimpahan, banyak dari kita yang mengasosiasikannya dengan hal berbau materi saja. Harta yang berupa uang. Padahal, uang datang ke kita juga gak ujug-ujug langsung datang gitu. Uang hanyalah alat tukar. Ditukar dengan apa? umumnya dengan waktu, tenaga, dan pikiran kita.
Ketika membaca bab ini, saya tersadarkan oleh satu hal penting, skill, health dan influence juga merupakan modal besar untuk mendapatkan kekayaan. Lebih ekstrem lagi, justru ketiga hal tersebut jauh lebih powerful dan penting. Dapat duit karena menjaga dan meningkatkan tiga hal tersebut adalah bonus sekaligus keniscayaan.
Jadi, alih-alih saya fokus sama uangnya saja, ketika mengikuti atau mengerjakan sesuatu, saya juga akan mempertimbangkan aspek skill, health dan influence. Apapun yang saya lakukan, sebisa mungkin bisa meningkatkan kemampuan, menjaga kesehatan, atau memperluas pengaruh.
Tiga poin penting yang bisa didiskusikan lagi dari bab ini adalah:
- Net worth tidak hanya uang, tapi juga skill, health, and influence
- Talk the walk (ceritakan apa yang memang sedang/sudah lakukan)
- Jangan-jangan, jarak kita dengan idola/panutan hanya sebatas DM/email
Prinsiples
Sebagai pamungkas (bukan penyanyi) dari buku ini, Koh Ruby menceritakan pengalamannya dalam menumbuhkan growth mindset dan 'menyangkal' privilese. Hal ini penting karena sejago apapun kemampuan teknis yang dimiliki, tetapi kalau belief dalam diri masih berantakan, ya percuma.
Bab ini cukup singkat, tetapi cukup mampu dalam merangkum hal yang bisa dilakukan ke depannya. Memperbaiki pola pikir, dan mencoba keluar dari jebakan privilese yang menidurkan. Sebagai outro, Koh Ruby juga menyinggung tentang keterhubungan dalam suatu peristiwa atau connecting the dots. Pada bagian ini, saya jadi flashback bahwa walau terkadang hidup terasa rumit, tidak beraturan, tetapi pada akhirnya saya bisa menghubungkan titik-titik peristiwa dalam hidup dan mengambil manfaatnya.
Itulah sedikit rangkuman kelima bab dalam buku "You Do You" ini. Kita yang paling mengerti dengan diri sendiri, makanya kita melakukan apa yang memang perlu kita lakukan. Orang lain cuma bisa memberi saran atau rekomendasi.
Sebagai pecinta buku pengembangan diri, saya sangat merekomendasikan buku ini. Kalau boleh kasih rating, saya kasih 9/10. Kenapa nggak 10 aja? karena kesempurnaan hanya milik Allah.
Oh ya, nominal yang kita keluarkan untuk membeli buku ini sangat sepadan dengan isi yang didapatkan. Semoga sedikit rangkuman ini bermanfaat untuk pembaca.
David Aji Pangestu,
8 Januari 2022
You Do You: Buku yang Menjawab 'Semua' Kegelisahan Anak Muda
Reviewed by David Aji Pangestu
on
1/08/2023 10:28:00 AM
Rating:
Tidak ada komentar: