Pentingnya Mempunyai Tempat untuk Cerita
Daftar Isi
Image by storyset on Freepik
Menjadi mahasiswa di perantauan bukanlah hal yang mudah. Memasuki usia menuju dewasa, kita dituntut untuk mandiri. Walaupun orang tua tidak secara terang-terangan meminta kita untuk menghidupi diri sendiri, tetapi rasa enggan makin lama makin besar.
Hal tersebut saya alami beberapa bulan ke belakang. Memasuki semester 5, umumnya mahasiswa sudah mulai lepas dari orang tua. Terutama perihal finansial. Namun, saya belum benar-benar bisa mencapai di titik itu. Saya masih menggantungkan hidup ke orang tua.
Nah, inilah yang menjadi kendala. Di beberapa momen, saya hampir kehabisan uang. Kalaupun ada, itu adalah uang recehan yang selama ini saya kumpulkan. Kalau sudah momen seperti ini, uang receh sangat berharga dan mode bertahan hidup sedang aktif.
Akan tetapi, hal-hal lucu penuh perjuangan ini tidak selamanya 'menyenangkan'. Dalam artian, kadang ada rasa menyesal telah beli ini itu dan kurang menghemat pengeluaran. Pas uang menipis, bingung harus ngapain untuk mendapatkan uang.
Hal-hal kayak gini yang sulit diceritakan. Di lingkar pertemanan saya, hal seperti ini jarang dibicarakan secara gamblang. Walaupun, kadang bercanda secara halus kalau lagi menghemat pengeluaran.
Ketika menuliskan ini, saya juga menekankan ke diri sendiri bahwa teman cerita itu perlu. Walaupun tidak bisa membantu secara langsung, setidaknya beban yang kita pendam tidak membusuk dan memengaruhi kehidupan kita secara umum.
Di titik ini, saya lebih menyadari bahwa pertemanan yang saling terbuka itu sangat penting. Dan PR buat diri sendiri, harus lebih peka ke kondisi orang lain. Siapa tahu, ada yang lagi membutuhkan bantuan kita.
Posting Komentar