Kalau nggak punya konsep diri yang baik, antara lain ini
akibatnya:
- Termakan informasi hoax yang menyesatkan
- Ketinggalan banyak informasi penting
- Malas-malasan dalam menjalani hidup
- Tidak optimis dan mudah stres
- Nggak lolos seleksi masuk kuliah!
Yang saya sebutkan tadi benar adanya, termasuk poin terakhir.
Hal ini bisa saya simpulkan dari beberapa buku pengembangan diri dan
berdasarkan pengalaman pribadi. Kalau kamu belum paham tentang konsep diri, tulisan
ini semoga sedikit bisa membantumu.
A. Konsep Diri
Sudah tahu nggak pengertian konsep diri? Kalau kamu mencoba
mencarinya di Google, kira-kira ini jawabannya:
“Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya.”
Kalau disederhanain lagi, cara kamu berpikir dan bertindak
terhadap dirimu sendiri itulah yang dinamakan konsep diri. Termasuk cara kita
merespons tentang serbi-serbi kehidupan dan kegagalan, juga termasuk berada di
dalamnya. Jadi, konsep diri ini pentinggg pakai bangettt agar kita bisa survive
dalam menghadapi permasalahan dan tantangan dalam hidup.
Kalau dalam konteks persiapan kuliah, punya konsep diri yang
tepat bisa membantu kamu untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan sebelum
masuk kuliah, termasuk tentang seleksi masuk dan pemahaman tentang suatu materi
apa yang harus ditingkatkan. Selain itu, dapat menjadikan kamu pribadi yang
gesit dan kuat jika terjadi hal-hal yang kurang mengenakkan.
Di tulisan ini, saya menyampaikan dua konsep diri dulu, yaitu Proaktif dan Pikiran Tanpa Batasan. Ya, sesuai judul. Biar nggak makin penasaran, langsung baca penjelasannya di halaman berikutnya.
1. Proaktif
Hal yang paling bikin aku gemes sehingga tulisan ini ada
adalah masih banyaknya calon mahasiswa bahkan masyarakat Indonesia secara umum
yang tidak mempunyai sikap proaktif. Padahal, kalau tidak mempunyai konsep diri
yang satu ini, dijamin akan lelet dalam mendapat informasi dan berakhir pada
sifat malas-malasan serta tidak mau belajar.
Sederhananya, proaktif adalah sikap inisiatif yang tinggi
dalam merespons suatu keadaan. Contoh kecilnya adalah jika tidak tahu perbedaan
SNMPTN dan SBMPTN, kamu akan mencari tahu sendiri terlebih dahulu sebelum
bertanya kepada orang lain. Bisa melalui website LTMPT, mencari di Google,
menonton video di Youtube, dan lain sebagainya.
Sikap proaktif ini selalu aku identikkan dengan sikap mandiri
terhadap merespons sesuatu. Jika kamu tidak tahu akan sesuatu dan sesuatu
tersebut masih mungkin untuk dicari jawabannya sendiri karena masih bersifat
sepele, aku sarankan untuk tidak bertanya kepada orang lain.
Jika sesuatu tersebut sifatnya kompleks karena membutuhkan
keahlian atau pengalaman khusus untuk menjawabnya, maka bertanya kepada orang
yang tepat tidak ada salahnya. Jika hal sepele akan mudah ditemukan jawabannya
ketika mencarinya sendiri, maka sesuatu yang sifatnya kompleks akan jauh lebih
efektif jika bertanya kepada orang yang tepat. Dalam catatan, kita sudah punya
bekal untuk bertanya. Jangan sampai otak kita kosong momplong ketika bertanya.
Ngerepotin.
Bertanya kepada orang lain itu tidak ada salahnya. Namun,
jika pertanyaan tersebut bisa terjawab lebih efektif dan efisien ketika mencari
jawabannya sendiri, mengapa harus bertanya kepada orang lain? Belum lagi, jika
yang orang yang kamu tanyai itu sedang sibuk. Wah, makin lebih lama.
Mulai sekarang, kurang-kurangin sikap terlalu mengandalkan
orang lain dalam mendapatkan informasi. Kalau mau tahu akan sesuatu, jadilah
orang yang gesit dengan mencarinya sendiri terlebih dahulu. Baru kalau mentok,
bisa tanyakan ke orang lain.
Selain dapat mengetahui informasi dengan lebih cepat, sikap
proaktif dapat membuat kita semakin yakin karena informasi yang masuk ke otak
kita sudah kita saring. Kalau ngandelin informasi dari orang lain, belum tentu
informasi itu valid, kan?
Makanya, ayo jadi calon mahasiswa baru yang PROAKTIF!
Baca juga: Perbedaan Ujian Sekolah dan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
2. Pikiran Tanpa Batasan
Ketika awal kelas 12, oknum guru SMA pernah bercerita bahwa
kakak kelasku dulu ada yang mencoba mendaftar kuliah di UGM dan gagal.
Mirisnya, beliau menceritakan hal tersebut dengan sedikit merendahkan. Padahal,
itu muridnya sendiri. Bukannya memberi semangat kepada anak kelas 12 dengan
tetap mencari sisi positifnya, beliau malah menceritakan dengan nada negatif.
Menuruku, oknum tersebut masih menggunakan pikiran dengan
batasan. Artinya, masih menutup diri pada kemungkinan yang ada. Bahkan, secara
tidak langsung mengecap bahwa alumni SMA tempatku bersekolah ini sulit bahkan
mustahil bisa masuk UGM.
Untungnya, aku tidak terlalu termakan omongan tersebut.
Dengan berbagai alasan lain yang cukup kuat, alhamdulillah aku bisa menjadi
alumni pertama yang bisa masuk UGM. Kok bisa? Salah satu kuncinya berawal dari
pikiran tanpa batasan. Aku menghapus sekat-sekat dalam otak yang membuat rasa
pesimis muncul.
Walaupun nilai raporku terbilang kecil dan oleh karena itu
gagal di SNMPTN, saya tidak pernah mengecap diri sendiri bodoh. Aku yakin akan
menjadi pintar bahkan jenius jika terus belajar secara efektif dan efisien.
Itulah salah satu modal utama pemikiran yang ada dalam otakku.
“Mas, pernah ragu nggak dengan kemampuan diri sendiri?”
Tentu saja, pernah. Aku manusia biasa. Puncak keraguan itu
adalah ketika jatuh sakit saat satu bulan sebelum UTBK yang mungkin menjadi
salah satu titik terendah dalam hidupku.
Apa aku menyerah dengan keadaan? Enggak, aku terus berusaha
untuk sehat kembali agar bisa mengikuti ujian dengan kondisi prima. Aku tidak
boleh kehilangan harapan. Rasa sakit hanya dalam pikiran, pikir saya saat itu.
Pada akhirnya, aku tetap ikut UTBK walau kondisi belum benar-benar fit. Kita
tidak akan tahu hasilnya jika tidak pernah mencobanya. Alhamdulillah, seperti
yang sudah kamu ketahui, nilai UTBK itulah yang mengantarkan ke salah satu
cita-citaku; bisa kuliah di UGM.
Pesanku adalah jangan batasi diri sendiri untuk berani
mencoba hal-hal baru. Mulai dari jernihkan pikiran, lalu buktikan dengan
tindakan. Kamu lebih cerdas dan lebih kuat dari yang kamu kira selama ini. Aku
yakin akan hal itu, masak kamu enggak yakin?
Beranilah mencoba. Rasa takut hanya ada dalam pikiran.
Tidak ada komentar: