Di Dunia yang Semakin Luas, Kita Mengecil
Sekitar dua tahun lalu, saya pernah menjabat menjadi ketua
OSIS. Di rentang waktu itu pula, saya juga sedang girang-girangnya mempelajari bisnis
dan self-improvement. Dan ketika semua itu sudah berlalu, saya tersadar
bahwa pernah sangat membanggakan diri sendiri. Ya, malah tak menyadarinya saat
hal itu terjadi.
Benar, privilege itu memang ada. Dengan ekosistem
persaingan yang biasa-biasa saja saat di SMA, saya terlalu mudah untuk
membanggakan apa yang saya punya. Tiba-tiba lupa, SMA di dunia tidak hanya di tempat
saya bersekolah. Saya gagal menyadari, bahwa setiap SMA juga mempunyai ketua
OSIS. Saya terlalu abai, bahwa di luaran sana juga banyak anak muda yang sukses
berbisnis dan punya konsep diri yang lebih bagus dari wong ndeso ini.
Andai saya tak terlambat sadar bahwa dunia yang luas memang patut dimaknai, orang
dengan pribadi lebih baiklah yang menuliskan tulisan ini.
Tapi, ah sudahlah. Tak ada gunanya menyesali yang sudah
berlalu. Setiap perjalanan pasti membawa semua pesan dan kesannya tersendiri.
Dan itulah seni dalam menjalani hidup.
Akan tetapi, lewat tulisan ini, saya sekaligus mengingatkan sekali
lagi kepada siapapun yang membaca tulisan ini; dunia itu sangat luas. Di semesta
yang tak diketahui batasnya inilah, bumi membentang untuk kita jadikan tempat
menuai banyak pelajaran. Ada yang lebih jenius dari si jenius, ada yang kuat
dari si kuat, ada yang lebih membutuhkan dari yang Anda kira membutuhkan. Dan atas
luasnya dunia ini, patutlah kita bersyukur. Paling tidak, bersyukur karena dapat
membaca tulisan semacam ini tanpa kendala yang berarti.
Di tempat belajar yang orang sebut sebagai universitas ini,
saya menemukan semakin banyak rupa manusia. Dan yang jelas, mereka istimewa
dengan kelebihannya masing-masing. Dan jika saya terus-terusan membandingkan
dengan pencapaian mereka, oh ternyata saya banyak ketinggalan. Saya kalah start
sejak masa pendidikan sebelumnya. Namun, saya tidak mau kalah dalam memperjuangkan
sesuatu yang sama-sama di depan mata.
Pada akhirnya, di dunia yang sangatlah luas ini, cara terbaik
mengukur kapasitas diri adalah dengan membandingkannya diri kita versus diri
kita sendiri, bukan orang lain. Dengan itu, kita bisa lebih bersyukur atas
segala pencapaian. Lebih bersemangat dalam proses. Lebih antusias dalam
menjalani kehidupan.
Akan tetapi, memaknai dunia yang semakin meluas di kepala
bukanlah kesalahan. Malah, itulah yang dianjurkan. Dengan itu, kita bisa semakin
sadar bahwa kita ini kecil dan harus banyak belajar.
Yogyakarta, 17 Maret 2021
Gazebo Asrama Karanggayam
Tidak ada komentar: