Di masa pandemi ini, waktu kita jadi lebih fleksibel. Banyak hal yang bisa kita lakukan di rumah. Apalagi yang masih punya banyak kewajiban, rasa-rasanya malah gak ada bedanya dengan hari biasa. Hehe.
Walaupun, ujung-ujungnya semua aktivitas dilakukan dari rumah.
Ngomong-ngomong soal kegiatan untuk mengisi waktu luang, saya biasanya menghabiskannya untuk belajar dan membaca buku baru. Beberapa hari lalu, saya telah menamatkan sebuah novel yang sangat bagus. Judulnya, Single in Love.
Biar ada gambaran, berikut saya lampirkan beberapa info tentang buku ini yang saya ambil langsung dari website penerbitnya ya:
Sinopsis
Menemukan cinta, menikah dengan orang yang diinginkan, adalah dambaan setiap insan. Bagi perempuan, memiliki suami yang mampu menjadi qowwam dan imam dalam segala kriteria, adalah impian. Andromeda dan Venna, dua kakak beradik yang sukses secara karier pun memilikinya. Tapi entah mengapa, memiliki pasangan jiwa tidak selalu menimbulkan kebahagiaan. Apakah suami menunjukkan superioritas ketika menghadapi istri yang melaju dalam kesuksesan? Takut akan keberhasilan dan dominasi perempuan? Apakah lelaki selalu memiliki insting berkuasa dalam segala medan kehidupan?
Kata Orion si bungsu, “lelaki itu sebetulnya punya perasaan lebih peka dari perempuan. Kalau mereka berkata terserah kepada istri, belum tentu maknanya betul-betul terserah. Itu dikatakan supaya tidak menyakiti perasaan istri. Lelaki lebih sensitif!”
Sendiri kadang terasa lebih menentramkan dibanding bersama.
Single adakalanya lebih menenangkan daripada couple yang dipenuhi perselisihan, adu pendapat, pengorbanan, sikap mengalah. Setiap manusia punya garis takdir masing-masing untuk menetapkan dirinya tetap utuh berdua, atau memilih sendiri berpisah. Hanya saja, sampai di titik mana keputusan untuk tetap bersama atau harus berpisah menjadi sebuah garis final?
Di laman kmostore.net juga disebutkan bahwa novel ini mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
Apa saja kelebihan Single in Love?
Novel ini mengajarkan kita tentang:
1. Seni berbicara dengan lawan jenis.
2. Seni membaca pikiran dan perasaan orang lain.
3. Bgm menyelaraskan ego, karier, dan cinta.
4. Memahami posisi perempuan.
5. Belajar dari kehidupan.
6. Rumus cinta antar manusia bisa berbeda.
7. Meramu takdir pahit menjadi lebih manis.
8. Tanda-tanda pernikahan di ambang kehancuran.
Cukup menarik, bukan?
Beberapa fakta unik yang saya suka adalah penggunaan nama-nama di novel ini menggunakan istilah astronomi. Sebut saja Andromeda, Orion, dan Atmosfera.
Lebih kerennya lagi, penulisnya mempunyai latar belakang seorang psikolog. Jadi kalau kamu baca buku ini, bakal menemukan sudut pandang yang benar-benar berbeda tentang pernikahan, perceraian, pekerjaan, dan hiruk pikuk dunia lainnya! Serius!
Jadi begini ceritanya, tokoh utama novel ini adalah Venna, seorang psikolog yang mempunyai dua anak dan kebetulan suaminya ada di luar kota.
Selain bekerja di sebuah klinik, ia menjadi dosen di salah satu kampus swasta di Surabaya, kota tempat Venna tinggal.
Semua berjalan normal, hingga kakak perempuannya datang ke rumah bersama satu orang anaknya, Triton.
Singkat cerita, Triton bertanya ke tantenya, Venna. Dengan nada polos dia bertanya "Cerai itu apa sih, Tan?" Venna pun kaget dan refleks menjatuhkan mangkok, karena kebetulan dia ada di dapur menyiapkan makanan untuk keponakannya ini.
Triton bilang, "Siapa sih cerai itu, apa dia jahat? Kok mama marah-marah sama cerai."
Sebagai seorang psikolog yang kerap menangani masalah rumah tangga, dia sedikit curiga ada sesuatu yang ganjal di rumah tangga kakaknya, Andromeda. Apalagi, dia ke rumah Venna secara tiba-tiba. Ya walaupun, memang begitulah sifatnya, berbeda dengan Venna yang semuanya harus serba dipersiapkan terlebih dahulu.
Sam, suami Venna yang ada di luar kota rencananya akan pulang setiap dua minggu sekali. Karena ada kakaknya di rumahnya, ia awalnya agak keberatan. Apalagi setelah lebih sepekan, rumah itu kembali kedatangan tamu.
Mulai dari Papa Venna yang dari Malang, Mama Venna yang sedang ada masalah dengan si bungsu karena tak kunjung mau menikah, dan si bungsu sendiri yang menyusul ke Surabaya.
Celakanya, tamunya membawa masalah masing-masing. Semua itu membuat Venna semakin terbebani. Apalagi, pekerjaan dia di klinik dan tanggung jawabnya sebagai dosen pembimbing juga sedang padat-padatnya.
Tinggal menunggu bom waktu, bagaimana konflik yang disembunyikan keluarga besar Venna akan meledak di rumahnya. Mama dan Andromeda yang keras kepala, Papa yang sakit-sakitan, dan Orion yang sangat teguh pada pendirian.
Yang paling saya suka adalah sifat dan kata-kata Orion yang selalu berhasil membuat pembaca terkesima. Contohnya ada dialog favorit saya berikut ini:
---
"Banyak lelaki memiliki perasaan lebih halus dari perempuan, Mbak. Mereka nggak bisa melukai, nggak bisa berkata keras, nggak bisa berkata 'tidak'. Tapi lelaki manapun, pasti lebih merasa terhormat bila keputusannya menjadi acuan."
"Meski bilang terserah?"
"Meski bilang terserah. Apa Mbak tahu bahwa ucapan terserah itu menunjukkan kelelahan, kemarahan terpendam atau betul-betul menyerahkan keputusan pada istri?"
---
Kamu penasaran dengan buku ini? Kalau iya, kamu bisa langsung beli di
kmostore.net ya. Buku ini sangat saya rekomendasikan karena memang benar-benar. Saya mendapat banyak pelajaran berharga dari novel ini, terutama tentang bagaimana kita memandang hubungan antar keluarga, pekerjaan dan karir, dan perceraian. Pokoknya
inspiring!
Kalau kamu ada pertanyaan tentang novel ini, bisa langsung tanyakan di kolom komentar ya!
See you!
Tidak ada komentar: