Kehidupan itu seperti segitiga. Yang di bawah adalah kaum mayoritas. Dan semakin ke atas, persentasenya semakin mengecil, mengerucut. Di sana, tempat orang-orang hebat nan sukses. Kaum minoritas ini ada puncak sana.
Niatkan saja mulai sekarang, suatu saat kita akan berada di puncak sana. Menjadi kaum minoritas.
Tujuannya gak usah aneh-aneh, kita ingin sukses. Kalau sudah sukses, menebar manfaat dan berdakwah akan lebih mudah.
Tapi, ada satu hal yang sering membuat kesuksesan kita terhambat. Terkadang, kita mencari celah terhadap pencapaian yang dilakukan orang lain. Akhirnya, rasa pesimis yang akan menghantui. Gak sukses-sukses, malah banyak protes.
Ketika ada orang sukses dari kalangan orang menengah ke bawah, kita protes.
"Pantes aja sukses, lah memang dari orang miskin. Pantes aja, kan semangat untuk merubah kemiskinannya tinggi!"
Ketika ada anak dari orang kaya sukses, lagi-lagi, kita protes.
"Pantes, orang tuanya aja kaya raya. Gak heran lah, kalau anaknya sekarang jadi sukses."
Protes mulu, kapan suksesnya!
Memang, jika kita boleh request kepada Tuhan untuk lahir dari siapa, mungkin kita akan meminta orang tua yang sukses. Baik ilmunya, akhlaknya, maupun nafkahnya.
Tapi, kita tidak bisa. Kita dilahirkan sudah begitu saja. Ditakdirkan jadi anak siapa pun, Tuhan gak ngasih kesempatan yang beda.
Rezeki sudah ada yang ngatur, tapi besarnya rezeki kita tidak tahu. Kita lah yang harus berikhtiar.
Sukses adalah hak semua orang. Semua berkesempatan. Siapa pun kita sekarang, itu tidak menjadi masalah.
Kita yang bertanggungjawab atas diri sendiri. Jadi, jangan salahkan orang lain kalau kita belum sukses.
Ambil hikmahnya.
Be positive! Mereka bisa, kita juga bisa, aku juga bisa!
Kalau Begitu, Aku Juga Bisa!
Reviewed by David Aji Pangestu
on
3/23/2020 07:36:00 AM
Rating:
Tidak ada komentar: